Pengelolaan gudang dan persediaan dalam bisnis memegang peranan penting dalam rangka pelaporan keuangan dan proses akuntansi. Sebab pada dasarnya perhitungan pada barang yang ada di gudang akan mengambil porsi besar dalam pencatatan. Ini mengapa cara seperti metode FIFO, metode LIFO, dan metode Average penting untuk dipahami, sehingga Anda dapat memilih metode paling tepat untuk digunakan.
Metode penilaian persediaan merupakan istilah yang mengacu pada proses pencatatan nilai moneter sebuah produk yang masih akan dijual di akhir periode akuntansi. Mengapa hal ini penting? Sebab angka yang dihasilkan akan berpengaruh pada Harga Pokok Penjualan atau HPP serta saldo persediaan akhir.
Saldo persediaan akhir harus dimasukkan ke dalam neraca. Detail setiap poin ini penting agar pencatatan keuangan dapat digunakan lebih lanjut untuk mencari pembiayaan tambahan supaya bisa melakukan ekspansi.
Lebih lanjut, mari memahami tiga metode yang paling umum digunakan dalam praktek bisnis dan pengelolaan persediaan.
Baca Juga: 9+ Strategi Supply Chain Management Yang Efektif & Hemat Biaya
1. Metode FIFO atau First-In, First-Out
Secara mendasar nama metode ini telah menjelaskan bagaimana persediaan dikelola. Barang yang pertama masuk akan menjadi barang yang pertama keluar, sehingga usia penyimpanan diasumsikan tidak akan terlalu lama.
Rumus umum yang digunakan adalah:
Harga Pokok Penjualan = (Persediaan Awal + Pembelian) – Persediaan Akhir
Catatan untuk metode ini, bahwa persediaan akhir periode akan dihitung berdasarkan biaya perolehan terakhir, meski mungkin saja persediaan di awal memiliki biaya yang lebih rendah atau lebih tinggi.
HPP sendiri dapat idealnya dihitung setiap bulan, atau secara berkala untuk menentukan nilai yang akurat. Dengan metode ini Anda akan mendapatkan jumlah biaya produk yang lebih rendah saat pembelian jika dibandingkan dengan harga jual. Ini mengapa laba kotor yang didapatkan lebih besar.
Keuntungannya sendiri ada pada kesesuaian pencatatan dengan arus fisik barang, menghasilkan nilai persediaan akhir yang lebih mendekati nilai pasar, serta mudah dipahami dan diterapkan.
Kekurangannya ada pada potensi laba yang tinggi saat harga naik yang berdampak pada beban pajak yang lebih besar. Disamping itu ada pula kekurangan lain, yakni kurang mencerminkan biaya terkini dalam HPP.
2. Metode LIFO atau Last-In, First Out
Dalam metode ini, barang yang terakhir masuk ke gudang akan menjadi barang yang pertama kali keluar. Metode ini cukup awam digunakan pada beberapa jenis industri, namun tidak sesuai untuk jenis industri lainnya.
Rumus umum dari metode ini sendiri adalah:
Harga Pokok Penjualan = (Persediaan Awal + Pembelian) – Persediaan Akhir
Catatan sebaliknya dari metode FIFO, bahwa biaya yang dihitung berdasarkan dari persediaan di awal, dan perhitungan HPP dihasilkan oleh biaya persediaan terakhir. Laba kotor yang dihasilkan akan cenderung lebih kecil dari persediaan akhir.
Kelebihan dari metode ini sendiri adalah dapat mencerminkan biaya terkini dalam perhitungan HPP, dan dapat mengurangi beban pajak saat harga naik. Jadi perusahaan akan membayar pajak dengan nilai cenderung lebih rendah.
Kerugiannya sendiri metode LIFO cenderung tidak dapat mencerminkan arus barang aktual, kemudian menghasilkan nilai persediaan akhir yang lebih rendah dari nilai pasar, dan dalam beberapa standar akuntansi dilarang digunakan.
3. Metode Average atau Rata-Rata
Disebut juga dengan metode tertimbang, yang perhitunganya menggunakan sistem rata-rata. Cara menghitung biaya produk adalah dengan membagi jumlah biaya produk yang akan dijual dengan kuantitas produknya.
Rumus yang umum digunakan pada metode ini sendiri serupa dengan dua rumus sebelumnya:
Harga Pokok Penjualan = (Persediaan Awal + Pembelian) – Persediaan Akhir
Dengan catatan acuan biaya produk yang digunakan adalah rata-rata dari total jumlah produk tersedia dan biaya yang muncul dalam rangka pembelian produk tersebut. Jadi, nilai per produk akan cenderung lebih ideal karena merupakan titik tengah dari harga persediaan awal dan total seluruh belanja yang dilakukan.
Kelebihan dari metode ini terletak pada hasil perhitungan yang lebih stabil daripada metode FIFO dan LIFO, serta lebih mudah diterapkan daripada metode LIFO.
Meski demikian terdapat pula kekurangan yang muncul, yakni kurang mencerminkan biaya terkini dalam HPP ketika terjadi fluktuasi harga, dan kurang sesuainya perhitungan dengan arus fisik barang jika harga mengalami dinamika yang signifikan.
4 Pertimbangan Memilih Metode yang Tepat untuk Bisnis
Ada empat pertimbangan yang akan menjadi acuan dalam memilih metode FIFO, metode LIFO atau metode Average ini.
- Pertama, apa jenis industri yang Anda geluti dan bagaimana karakteristik produknya. Pertimbangan usia produk, daya tahannya di penyimpanan, dan kecepatan arus perputaran produk dari supplier, gudang, dan pasar
- Kedua, cermati tren harga barang. Harga yang fluktuatif dengan range yang besar akan memerlukan treatment berbeda dengan kondisi harga sebaliknya. Pertimbangan matang perlu dilakukan agar tidak salah dalam memilih metode pengelolaan persediaan ini
- Ketiga, tujuan yang Anda miliki. Satu metode akan meningkatkan laba dengan konsekuensi peningkatan risiko besarnya pajak yang ditanggung, dan sebaliknya dengan metode lain. Jika diterapkan dengan tepat, maka tujuan perusahaan akan dapat dicapai dengan optimal
- Keempat, peraturan perpajakan dan standar akuntansi yang berlaku. Regulasi bisnis harus menjadi acuan mendasar, agar setiap aktivitas bisnis yang Anda jalankan masih dalam koridor yang diperbolehkan dan tidak membuat Anda berurusan dengan hukum
Baca Juga:Stock Replenishment: Strategi Optimalkan Persediaan & Penjualan
Masing-masing metode, baik metode FIFO, metode LIFO, atau metode Average memiliki kelebihan dan kekurangan. Pemilihan pada akhirnya akan disesuaikan dengan tujuan bisnis Anda, dan value yang dipegang oleh bisnis secara umum.
Metode FIFO, singkatnya cocok untuk Anda yang ingin meningkatkan laba yang diperoleh, sedangkan metode LIFO cenderung dapat membantu mengendalikan biaya pajak yang harus dibayarkan. Di sisi lain, metode Average menawarkan hasil perhitungan yang lebih stabil, dan pada dasarnya berada di tengah-tengah antara FIFO dan LIFO.
Pemilihan metode pengelolaan persediaan pada akhirnya juga akan semakin optimal ketika Anda dapat memperoleh akses pada layanan optimasi pengadaan yang tepat. Dengan demikian, metode yang Anda gunakan akan dapat didukung dengan penjadwalan tepat waktu untuk pengadaan barang dan jasa yang diperlukan, sehingga penerapannya semakin optimal dan memberikan hasil yang diharapkan. Baik metode FIFO, metode LIFO, atau metode Average, semua dapat disesuaikan dengan layanan dari Borong Direct yang solid dan terintegrasi dengan ERP bisnis Anda.
Dengan manajemen vendor yang detail dan akurat, Borong Direct akan mengoptimalkan pengelolaan gudang serta persediaan, apapun metode yang digunakan. Anda dapat mengajukan jadwal demo layanan Borong melalui tautan ini, dan segera mendapatkan pengalaman langsung kemudahan yang disediakan Borong Indonesia!