Sumber: EyeEm via freepik.com
Memiliki laporan keuangan yang ideal menjadi salah satu modal sebuah bisnis untuk menjalankan operasionalnya dengan baik. Dari banyak faktor yang ada, memahami cara menghitung persediaan akhir adalah salah satu yang paling penting.
Mengapa demikian?
Sebab pada dasarnya persediaan akhir akan memberikan data tentang posisi keuangan perusahaan. Perhitungan yang tepat pada persediaan akhir juga berdampak langsung pada laporan keuangan, seperti pada laporan laba rugi dan neraca. Selain itu data tersebut juga relevan dalam mengevaluasi kinerja keuangan dan profitabilitas sebuah bisnis.
Dapat dibayangkan jika cara menghitung yang dilakukan salah, maka akan muncul efek berantai pada laporan keuangan yang dimiliki perusahaan. Untuk itu, mari lebih jauh pahami tentang cara menghitung persediaan akhir di artikel ini, agar bisnis Anda dapat mendapatkan angka tepat sesuai kenyataan.
Baca juga: 5 Manfaat Supply Chain Management Software
secara umum, persediaan akhir dapat dipahami sebagai nilai barang yang masih dimiliki perusahaan untuk dijual pada akhir periode akuntansi. Perhitungan persediaan akhir ini penting untuk bisnis karena akan membantu memahami aset lancar dan laba kotor yang diperoleh, serta kelancaran kerja sistem manajemen persediaan yang digunakan.
Sebenarnya relevansi perhitungan jumlah persediaan akhir tidak hanya terletak pada bagian laporan keuangan saja, namun juga pada beberapa aspek lain.
Misalnya saja, data terkait persediaan akhir penting untuk bisnis guna memastikan produk yang dimiliki dan dipajang pada display benar-benar siap dijual pada pelanggan. Bukan justru menampilkan produk dengan jumlah stok nol atau mendekati angka tersebut.
Selain itu, data ini juga dapat membantu bisnis dalam melakukan forecasting untuk permintaan di masa yang akan datang, memberikan informasi penting terkait keputusan purchasing, dan menghindari kondisi overstock atau stockout yang dapat terjadi.
Secara praktis perhitungan pada jumlah persediaan akhir ini akan membantu Anda mengetahui benar jumlah persediaan yang dimiliki pada akhir periode keuangan secara riil.
Jika membaca bagian pengantar di bagian awal tadi, maka pentingnya perhitungan yang akurat tentu dapat dipahami. Ketika perhitungan dilakukan secara asal-asalan, maka beberapa potensi masalah akan muncul terkait pada laporan laba rugi, neraca, hingga buruknya pengambilan keputusan bisnis.
Pada akhirnya laporan keuangan yang kurang berkualitas akan menurunkan tingkat kepercayaan investor, dan menjadi cerminan buruk performa pembukuan bisnis Anda.
Baca juga: Mengatasi Tantangan Manajemen Stok Barang: Strategi Efektif untuk Mengurangi Biaya
Cara menghitung persediaan akhir sendiri idealnya akan melalui lima tahapan berbeda. Mulai dari melakukan stock opname fisik, kemudian mencatat data persediaan, memilih metode penghitungan persediaan, menghitung nilai persediaan akhir, dan merekonsiliasi data dan membuat penyesuaian.
Saat Anda menggunakan sistem manajemen persediaan, jumlah yang muncul pada data harus kembali dipastikan dengan stock opname fisik. Kegiatan ini dilakukan secara manual guna memastikan jumlah persediaan secara riil.
Namun demikian prosesnya dapat menggunakan bantuan dari berbagai teknologi terkait, seperti barcode scanner atau menggunakan RFID. Cara ini dapat meningkatkan akurasi dan kecepatan stock opname fisik sehingga data dapat divalidasi dengan lebih cepat.
Proses berikutnya adalah mencatat data persediaan yang muncul setelah stock opname. Data ini harus dicatat dengan akurat dan terorganisir agar mudah dimanfaatkan pada tahapan berikutnya. Serupa dengan proses pertama tadi, pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan software inventory management yang berkualitas.
Pastikan konsistensi dan kesamaan jumlah data fisik dan data yang ada di dalam sistem. Jika terdapat perbedaan, cermati kembali perhitungannya dan upayakan perbedaan ini tidak muncul, atau masih dalam margin toleransi yang dimiliki.
Untuk cara menghitung persediaan akhir akan terdapat tiga opsi berbeda. Pertama adalah first in first out atau FIFO, kemudian last in first out atau LIFO, dan metode rata-rata atau average. Masing-masing memiliki metode dan kelebihannya sendiri, seperti yang dijelaskan pada bagian berikut ini.
Dengan penjelasan di atas, Anda dapat memilih jenis penghitungan persediaan yang paling tepat untuk bisnis. Karena LIFO sudah dilarang, maka opsi yang tersedia adalah FIFO dan average.
Langkah keempat dilakukan dengan menghitung nilai persediaan akhir. Untuk cara menghitung nilai persediaan akhir sendiri dapat menggunakan rumus berikut:
Persediaan Akhir = (Persediaan Awal + Pembelian Bersih) – Harga Pokok Penjualan
Rumus ini berlaku secara umum dan disesuaikan dengan metode penghitungan persediaan yang digunakan pada perusahaan Anda. Pada konteks terdapat barang yang hilang, rusak, atau usang, maka akan dicatat sebagai faktor pengurang jumlah persediaan awal yang ada di rumus tersebut.
Pastikan melakukan penghitungan ini dengan cermat agar diperoleh angka yang tepat untuk jumlah persediaan akhir Anda.
Data yang telah Anda hitung kemudian dibandingkan dengan data yang ada pada sistem. Idealnya, data yang muncul akan serupa. Namun bukan tidak mungkin diperlukan rekonsiliasi agar data menjadi selaras dengan menyesuaikan satu dan lain hal selama sesuai prosedur dan prinsip akuntansi yang berlaku.
Pastikan untuk mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan yang muncul. Lakukan rekonsiliasi sesuai prosedur yang berlaku, dan buat penyesuaian pada laporan keuangan dengan benar.
Akurasi penghitungan persediaan akhir akan berdampak langsung pada peningkatan kualitas laporan keuangan yang Anda miliki. Untuk itu, pastikan melakukan penghitungan dengan cermat, dan terapkan lima tips sederhana berikut untuk menunjang perhitungan yang berkualitas
Baca juga: Cara Menghitung BEP: Kunci Utama Pengelolaan Keuangan Bisnis
Pentingnya menghitung persediaan akhir dengan akurat harus dilakukan karena dampaknya yang secara langsung pada laporan keuangan perusahaan. Mengandalkan sistem yang solid dan staf yang teliti, proses ini idealnya dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Penerapan metode dan cara menghitung persediaan akhir merupakan hal yang sifatnya mendasar, sehingga wajib dilakukan dengan disiplin. Untuk membantu Anda dalam proses penyediaan data dan pencatatan penjualan, Borong Indonesia menghadirkan produk Borong Direct untuk digunakan.
Software ini membantu Anda mengelola platform jual-beli B2B dengan pelanggan Anda, sekaligus mencatat transaksi yang terjadi. Tidak hanya itu, Borong Direct juga dapat membantu memonitor pergerakan persediaan sehingga data yang Anda miliki lebih akurat. Lakukan uji coba Borong Direct sekarang untuk merasakan kemudahan yang ditawarkan Borong Indonesia untuk bisnis Anda!
Di tengah persaingan bisnis yang semakin dinamis, memahami arti procurement adalah langkah wajib untuk menjaga…
Di era digital saat ini, e-commerce telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Aktivitas belanja…
Salah satu cara terbaik untuk memulai bisnis online adalah dengan menjual produk yang memiliki permintaan…
Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, efisiensi operasional menjadi kunci utama untuk meraih kesuksesan jangka…
Sedang membangun atau mengelola bisnis di Malaysia? Anda pasti mengetahui betapa pentingnya arus kas yang…
Pernahkah Anda berpikir, bagaimana sebuah produk bisa bertahan lama di pasaran, atau justru cepat sekali…