Memiliki laporan keuangan yang ideal menjadi salah satu modal sebuah bisnis untuk menjalankan operasionalnya dengan baik. Dari banyak faktor yang ada, memahami cara menghitung persediaan akhir adalah salah satu yang paling penting.
Mengapa demikian?
Sebab pada dasarnya persediaan akhir akan memberikan data tentang posisi keuangan perusahaan. Perhitungan yang tepat pada persediaan akhir juga berdampak langsung pada laporan keuangan, seperti pada laporan laba rugi dan neraca. Selain itu data tersebut juga relevan dalam mengevaluasi kinerja keuangan dan profitabilitas sebuah bisnis.
Dapat dibayangkan jika cara menghitung yang dilakukan salah, maka akan muncul efek berantai pada laporan keuangan yang dimiliki perusahaan. Untuk itu, mari lebih jauh pahami tentang cara menghitung persediaan akhir di artikel ini, agar bisnis Anda dapat mendapatkan angka tepat sesuai kenyataan.
Baca juga: 5 Manfaat Supply Chain Management Software
Memahami Konsep Persediaan Akhir
secara umum, persediaan akhir dapat dipahami sebagai nilai barang yang masih dimiliki perusahaan untuk dijual pada akhir periode akuntansi. Perhitungan persediaan akhir ini penting untuk bisnis karena akan membantu memahami aset lancar dan laba kotor yang diperoleh, serta kelancaran kerja sistem manajemen persediaan yang digunakan.
Apa Pentingnya?
Sebenarnya relevansi perhitungan jumlah persediaan akhir tidak hanya terletak pada bagian laporan keuangan saja, namun juga pada beberapa aspek lain.
Misalnya saja, data terkait persediaan akhir penting untuk bisnis guna memastikan produk yang dimiliki dan dipajang pada display benar-benar siap dijual pada pelanggan. Bukan justru menampilkan produk dengan jumlah stok nol atau mendekati angka tersebut.
Selain itu, data ini juga dapat membantu bisnis dalam melakukan forecasting untuk permintaan di masa yang akan datang, memberikan informasi penting terkait keputusan purchasing, dan menghindari kondisi overstock atau stockout yang dapat terjadi.
Secara praktis perhitungan pada jumlah persediaan akhir ini akan membantu Anda mengetahui benar jumlah persediaan yang dimiliki pada akhir periode keuangan secara riil.
Masalah yang Muncul ketika Perhitungan Meleset
Jika membaca bagian pengantar di bagian awal tadi, maka pentingnya perhitungan yang akurat tentu dapat dipahami. Ketika perhitungan dilakukan secara asal-asalan, maka beberapa potensi masalah akan muncul terkait pada laporan laba rugi, neraca, hingga buruknya pengambilan keputusan bisnis.
Pada akhirnya laporan keuangan yang kurang berkualitas akan menurunkan tingkat kepercayaan investor, dan menjadi cerminan buruk performa pembukuan bisnis Anda.
Baca juga: Mengatasi Tantangan Manajemen Stok Barang: Strategi Efektif untuk Mengurangi Biaya
Cara Menghitung Persediaan Akhir Bisnis
Cara menghitung persediaan akhir sendiri idealnya akan melalui lima tahapan berbeda. Mulai dari melakukan stock opname fisik, kemudian mencatat data persediaan, memilih metode penghitungan persediaan, menghitung nilai persediaan akhir, dan merekonsiliasi data dan membuat penyesuaian.
1. Melakukan Stock Opname Fisik
Saat Anda menggunakan sistem manajemen persediaan, jumlah yang muncul pada data harus kembali dipastikan dengan stock opname fisik. Kegiatan ini dilakukan secara manual guna memastikan jumlah persediaan secara riil.
Namun demikian prosesnya dapat menggunakan bantuan dari berbagai teknologi terkait, seperti barcode scanner atau menggunakan RFID. Cara ini dapat meningkatkan akurasi dan kecepatan stock opname fisik sehingga data dapat divalidasi dengan lebih cepat.
2. Mencatat Data Persediaan
Proses berikutnya adalah mencatat data persediaan yang muncul setelah stock opname. Data ini harus dicatat dengan akurat dan terorganisir agar mudah dimanfaatkan pada tahapan berikutnya. Serupa dengan proses pertama tadi, pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan software inventory management yang berkualitas.
Pastikan konsistensi dan kesamaan jumlah data fisik dan data yang ada di dalam sistem. Jika terdapat perbedaan, cermati kembali perhitungannya dan upayakan perbedaan ini tidak muncul, atau masih dalam margin toleransi yang dimiliki.
3. Memilih Cara Menghitung Persediaan Akhir
Untuk cara menghitung persediaan akhir akan terdapat tiga opsi berbeda. Pertama adalah first in first out atau FIFO, kemudian last in first out atau LIFO, dan metode rata-rata atau average. Masing-masing memiliki metode dan kelebihannya sendiri, seperti yang dijelaskan pada bagian berikut ini.
- Metode first in first out atau FIFO diterapkan dengan mengeluarkan persediaan yang terlebih dahulu masuk ke gudang dan menjualnya di urutan terdepan. Selain menghitung persediaan, metode ini juga digunakan dalam proses menentukan harga pokok penjualan. Kelebihan dari metode FIFO adalah nilai persediaan disajikan secara relevan pada laporan posisi keuangan dan menghasilkan nilai laba yang besar. Namun tantangannya muncul pada jumlah pajak yang cenderung besar dan laba yang dihasilkan kurang akurat. Metode penghitungan persediaan ini cocok untuk perusahaan yang produknya memiliki usia singkat, atau memiliki tanggal kadaluarsa yang jelas.
- Metode last in first out atau LIFO artinya barang yang masuk terakhir akan dikeluarkan pertama. Metode ini diterapkan dengan asumsi unit persediaan yang dibeli pertama akan dikeluarkan di akhir. Persediaan akhir barang akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang pertama atau awal masuk. Metode LIFO akan menggunakan harga beli terakhir yang dibebankan ke operasi dalam periode kenaikan harga, sehingga laba yang dihasilkan akan kecil dan pajak yang terutang juga lebih kecil. Kelebihannya adalah mudah membandingkan biaya terkini dengan pendapatan, harga barang yang konservatif, laba operasional tidak terpengaruh untung atau rugi, dan menghemat pajak. Namun tantangannya adalah bertolak belakang dengan aliran fisik persediaan, biaya pembukuan yang besar, laba atau rugi lebih rendah. Berdasarkan PSAK 14, metode ini tidak lagi boleh digunakan.
- Metode average atau rata-rata membagi antara biaya persediaan untuk dijual dengan jumlah unit yang tersedia. Persediaan akhir dan beban pokok penjualan dapat dihitung dengan harga rata-rata, dan menjadi titik tengah antara metode FIFO dan LIFO. Kelebihan dan kekurangannya berada di antara kedua metode yang dijelaskan sebelumnya.
Dengan penjelasan di atas, Anda dapat memilih jenis penghitungan persediaan yang paling tepat untuk bisnis. Karena LIFO sudah dilarang, maka opsi yang tersedia adalah FIFO dan average.
4. Menghitung Nilai Persediaan Akhir
Langkah keempat dilakukan dengan menghitung nilai persediaan akhir. Untuk cara menghitung nilai persediaan akhir sendiri dapat menggunakan rumus berikut:
Persediaan Akhir = (Persediaan Awal + Pembelian Bersih) – Harga Pokok Penjualan
Rumus ini berlaku secara umum dan disesuaikan dengan metode penghitungan persediaan yang digunakan pada perusahaan Anda. Pada konteks terdapat barang yang hilang, rusak, atau usang, maka akan dicatat sebagai faktor pengurang jumlah persediaan awal yang ada di rumus tersebut.
Pastikan melakukan penghitungan ini dengan cermat agar diperoleh angka yang tepat untuk jumlah persediaan akhir Anda.
5. Rekonsiliasi Data dan Penyesuaian
Data yang telah Anda hitung kemudian dibandingkan dengan data yang ada pada sistem. Idealnya, data yang muncul akan serupa. Namun bukan tidak mungkin diperlukan rekonsiliasi agar data menjadi selaras dengan menyesuaikan satu dan lain hal selama sesuai prosedur dan prinsip akuntansi yang berlaku.
Pastikan untuk mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan yang muncul. Lakukan rekonsiliasi sesuai prosedur yang berlaku, dan buat penyesuaian pada laporan keuangan dengan benar.
Tingkatkan Akurasi Persediaan Akhir dengan 5 Tips Berikut
Akurasi penghitungan persediaan akhir akan berdampak langsung pada peningkatan kualitas laporan keuangan yang Anda miliki. Untuk itu, pastikan melakukan penghitungan dengan cermat, dan terapkan lima tips sederhana berikut untuk menunjang perhitungan yang berkualitas
- Pertama, lakukan stock opname secara rutin agar data yang dimiliki selalu update.
- Kedua, gunakan sistem pencatatan yang terintegrasi dan real-time.
- Ketiga, lakukan kontrol internal yang ketat.
- Keempat, latih karyawan tentang prosedur manajemen persediaan yang baik dan benar.
- Kelima, manfaatkan teknologi untuk otomatisasi dan analisis data persediaan.
Baca juga: Cara Menghitung BEP: Kunci Utama Pengelolaan Keuangan Bisnis
Pentingnya menghitung persediaan akhir dengan akurat harus dilakukan karena dampaknya yang secara langsung pada laporan keuangan perusahaan. Mengandalkan sistem yang solid dan staf yang teliti, proses ini idealnya dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Penerapan metode dan cara menghitung persediaan akhir merupakan hal yang sifatnya mendasar, sehingga wajib dilakukan dengan disiplin. Untuk membantu Anda dalam proses penyediaan data dan pencatatan penjualan, Borong Indonesia menghadirkan produk Borong Direct untuk digunakan.
Software ini membantu Anda mengelola platform jual-beli B2B dengan pelanggan Anda, sekaligus mencatat transaksi yang terjadi. Tidak hanya itu, Borong Direct juga dapat membantu memonitor pergerakan persediaan sehingga data yang Anda miliki lebih akurat. Lakukan uji coba Borong Direct sekarang untuk merasakan kemudahan yang ditawarkan Borong Indonesia untuk bisnis Anda!