Sumber: pookpiik via freepik.com
Pada konteks hubungan antara perusahaan dan pelanggan, selalu ada ukuran yang jelas untuk melihat bagaimana performa produk dari perspektif pasar. Dalam bahasan ini ada pula konsep yang disebut dengan surplus konsumen, dan beberapa istilah lain yang sebaiknya Anda pahami untuk dapat memaksimalkan upaya yang dimiliki perusahaan dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan.
Salah satu hal yang dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas yang dimiliki pelanggan ada pada konteks di atas. Namun demikian, rasanya penting juga untuk memahami konsep yang juga banyak dikenal terkait hal ini, yakni net promoter score.
Baca juga: 5 Strategi Pengelolaan Persediaan untuk Profit Bisnis
Net promoter score sendiri adalah sebuah metrik yang cukup populer untuk mengukur loyalitas dan kepuasan pelanggan pada produk yang diberikan perusahaan. Secara umum, NPS memiliki banyak keunggulan, yang menjadi alasan mengapa metode ini populer dan marak digunakan oleh pebisnis.
Beberapa alasan kenapa NPS populer di kalangan pebisnis antara lain adalah sebagai berikut.
Tiga alasan ini kemudian menjadi dasar kenapa NPS masih cukup awam digunakan dalam industri, meski nyatanya NPS juga memiliki banyak keterbatasan yang harus disadari oleh pebisnis. Dari penjelasan pada salah satu artikel di nngroup.com pada https://www.nngroup.com/articles/nps-ux/, setidaknya terdapat enam poin keterbatasan NPS dalam perannya sebagai metrik pengukuran.
Karena keterbatasan inilah kemudian pebisnis mulai beralih pada konsep surplus konsumen, atau juga dikenal dengan istilah customer surplus value untuk mengukur loyalitas pelanggan secara lebih detail.
Customer surplus value (CSV) atau surplus konsumen kemudian muncul sebagai salah satu metode mengukur kepuasan pelanggan. Secara definitif konsep ini dapat digambarkan sebagai nilai tambahan yang didapatkan oleh pelanggan atau konsumen dari sebuah produk dibandingkan dengan total harga yang dibayarkan. Selisih yang muncul adalah perbedaan antara berapa nominal yang rela dibayarkan pelanggan untuk nilai produk dengan harga aktual yang harus mereka bayarkan.
Ilustrasi sederhana adalah sebagai berikut. Misalnya pelanggan memiliki kebutuhan pada perangkat gadget tertentu, dan mereka bersedia mengeluarkan uang sebesar Rp100,000. Namun Anda ‘menjawab’ kebutuhan ini dengan produk yang memenuhi kebutuhan mereka dengan harga hanya Rp80,000. maka dalam kasus ini, terdapat surplus konsumen sebesar Rp20,000 yang dinikmati pelanggan.
Konteks ini sendiri memungkinkan Anda, sebagai pebisnis, memiliki gambaran jelas tentang bagaimana membuat pelanggan merasa mendapatkan keuntungan dari pembelian yang mereka lakukan pada produk yang Anda miliki.
Idealnya surplus konsumen dapat membantu bisnis menunjukkan indikator kepuasan pelanggan, sehingga strategi pemasaran dan pengembangan produk dapat dikembangkan lebih lanjut.
Pemahaman pada konsep CSV kemudian menjadi penting lantaran setidaknya terdapat 7 alasan utama. Alasan tersebut secara singkat adalah sebagai berikut.
Baca juga: 5 Tantangan Pengiriman Logistik yang Sering Dihadapi
Sebenarnya untuk mengukur nilai surplus konsumen hanya menggunakan rumus yang cukup sederhana, yaitu:
Consumer Surplus Value = Willingness to Pay – Actual Price Paid
Dari perhitungan ini, Anda akan mendapat angka jelas seberapa besar surplus yang diperoleh oleh konsumen ketika melakukan pembelian produk yang Anda tawarkan.
Namun demikian untuk mengetahui titik harga yang menjadi consumer surplus, cara yang dilakukan harus benar-benar tepat dan bertahap. Pada artikel yang diunggah dalam promodo.com, disampaikan metode grafik untuk penentuan nilai ini.
Dikutip dari situs tersebut, gambaran cara mengukurnya adalah sebagai berikut.
Misalkan Anda memproduksi produk dengan kualitas premium dengan harga $70 berupa air minum dalam kemasan di pasar yang sangat ketat. Berdasarkan grafik tersebut, dapat disampaikan bahwa:
Dengan data ini, perhitungan CSV idealnya adalah sebagai berikut.
– Identifikasi dasar dari segitiga yang ada, dalam hal ini jumlah penjualan. Jumlah penjualan yang tercatat adalah sebanyak 40 unit produk.
– Identifikasi tinggi dari segitiga yang muncul pada grafik, yakni perbedaan harga antara harga maksimal yang bersedia dibayarkan oleh pelanggan dan harga aktual yang Anda berikan. Perhitungannya adalah $70 – $50 = $20
– Hitung area dari segitiga yang ada, poin ini mengacu pada surplus pelanggan yang dihasilkan. Formula yang digunakan adalah:
Area = 1/2 x Basis atau Kuantitas Penjualan x Tinggi atau Perbedaan Harga
Surplus Pelanggan = 1/2 x 40 x 20 = 400
Maka dengan perhitungan ini, nilai CSV yang untuk produk ini sama dengan $400. Tentu, skenario ini hanya merupakan gambaran saja, dan bukan kasus riil yang terjadi di industri.
Menjelang akhir dari artikel ini, rasanya akan lebih relevan jika terdapat penjelasan singkat terkait dengan posisi CSV dan NPS dalam bisnis dan industri di era sekarang. Meski mungkin pada satu sisi terasa memiliki banyak kesamaan, namun keduanya juga memiliki perbedaan mendasar yang harus dicermati.
Tiga poin yang membuat keduanya terasa familiar satu dengan yang lain adalah:
Selanjutnya terkait dengan tiga poin perbedaan mendasar terletak pada:
Secara praktis terdapat tiga hal utama yang dapat diberikan metode CSV untuk bisnis Anda.
Di luar kelebihannya, CSV juga memiliki keterbatasan.
Baca juga: Manajemen Toko Ritel vs Online: Persamaan dan Perbedaan
Penggunaan kedua metode ini, baik NPS dan surplus konsumen secara berkesinambungan sangat disarankan untuk memperoleh data lengkap terkait kepuasan konsumen yang Anda miliki. Semakin banyak data yang berhasil dikumpulkan, maka bahan yang digunakan untuk melakukan analisis akan semakin lengkap, dan idealnya membawa Anda pada pengambilan keputusan yang lebih baik.
Selain membahas dan fokus pada penggunaan surplus konsumen dan NPS, ada baiknya juga Anda mencoba menerapkan sistem digital pada bisnis yang Anda miliki. Seperti misalnya produk Borong Direct dari Borong Indonesia, yang memungkinkan digitalisasi pada sektor pengelolaan persediaan dan pengelolaan platform jual-beli B2B untuk bisnis Anda.
Dengan fitur lengkap, produk dari Borong Indonesia akan mampu membantu bisnis berkembang sesuai kebutuhan zaman. Lengkap dan mudah digunakan, Borong Indonesia siap menjadi partner Anda dalam pengembangan bisnis jangka panjang di berbagai sektor! Ajukan demo sekarang juga!
Di tengah persaingan bisnis yang semakin dinamis, memahami arti procurement adalah langkah wajib untuk menjaga…
Di era digital saat ini, e-commerce telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Aktivitas belanja…
Salah satu cara terbaik untuk memulai bisnis online adalah dengan menjual produk yang memiliki permintaan…
Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, efisiensi operasional menjadi kunci utama untuk meraih kesuksesan jangka…
Sedang membangun atau mengelola bisnis di Malaysia? Anda pasti mengetahui betapa pentingnya arus kas yang…
Pernahkah Anda berpikir, bagaimana sebuah produk bisa bertahan lama di pasaran, atau justru cepat sekali…