Source: Freepik
Pada setiap sektor yang dikelola, bisnis selalu memiliki perhitungan yang jelas untuk target yang ingin dituju. Ini mengapa pemahaman pada metrik bisnis menjadi hal mendasar, sebab tanpanya pebisnis akan sulit mengetahui progres dan dinamika bisnis yang dimiliki. Terkait dengan hal ini, memahami arti GMV atau konsep gross merchandise value adalah salah satu hal yang sifatnya fundamental.
Baca juga: 9 Inovasi Bisnis Kuliner, Pelajari, Adaptasi, dan Eksekusi!
Arti GMV dalam konteks lebih jelas adalah nilai total barang dagangan yang terjual selama satu periode waktu tertentu melalui situs pertukaran pelanggan ke pelanggan. Metrik ini digunakan untuk mengukur pertumbuhan atau valuasi sebuah bisnis. Pengertian ini dicantumkan dalam salah satu artikel di situs Investopedia.
Dalam konteks e-commerce, GMV setidaknya harus diukur sekali dalam satu tahun keuangan. Perhitungan ini dilakukan sebelum dikurangi dengan biaya dan pengeluaran terkait penjualan produk seperti biaya pengiriman, potongan harga, biaya iklan, pengembalian, dan biaya lainnya.
Meski menjadi matriks perhitungan yang umum, namun konsep ini lebih cocok dan direkomendasikan untuk e-commerce. Pasalnya pada media transaksi tersebut Anda dengan mudah dapat melihat transaksi yang dilakukan selama satu bulan, tiga bulan, enam bulan, atau satu tahun terakhir secara rinci dan detail.
Perlu dipahami bahwa GMV adalah total nilai penjualan kotor dalam periode tertentu. Angka ini belum dikurangi retur, diskon, atau biaya lainnya. GMV hanya menunjukkan seberapa besar volume transaksi yang terjadi.
Sementara itu, pendapatan bersih adalah jumlah uang yang benar-benar masuk ke bisnis. Nilainya sudah dikurangi potongan harga, biaya pengiriman, dan pengembalian barang. Pendapatan bersih lebih mencerminkan hasil penjualan yang sebenarnya.
Contoh: Jika sebuah bisnis menjual 1.000 unit panci seharga Rp200.000 per unit, maka:
Tapi jika ada retur, diskon, dan biaya lain senilai Rp20.000.000, maka:
Jadi, GMV menggambarkan seberapa besar transaksi, sedangkan pendapatan bersih menunjukkan seberapa banyak yang benar-benar didapat.
Lebih lanjut, cara menghitung gross merchandise value sangat sederhana. Mengacu pada definisinya, perhitungan ini didasarkan pada total produk yang terjual dikalikan dengan harga jual masing-masing produk dalam periode tertentu.
GMV = Harga Jual Barang × Jumlah Barang Terjual
Misalnya, Anda menjual jas di e-commerce sebanyak 2.000 unit dengan harga Rp500.000 per unit. Maka rumus perhitungan GMV sebagai berikut:
GMV = Rp500.000 × 2.000 = Rp1.000.000.000
Perhitungan GMV ini tidak memperhitungkan potongan harga, retur produk, atau biaya lain seperti ongkos kirim dan pajak. Oleh karena itu, GMV hanya mencerminkan total nilai transaksi kotor, bukan pendapatan riil yang diterima bisnis.
Dengan rumus tersebut, terdapat dua faktor utama yang memengaruhi GMV sebuah bisnis:
Meskipun secara umum hanya ada dua faktor utama dalam perhitungan GMV—yaitu harga jual produk dan jumlah produk yang terjual—analisis lebih dalam menunjukkan adanya pengaruh dari berbagai aspek lain.
Pada komponen harga jual, nilai akhir sering kali dipengaruhi oleh biaya produksi, harga bahan baku, biaya operasional, dan margin keuntungan. Perubahan pada salah satu elemen ini dapat berdampak langsung pada harga produk dan, secara tidak langsung, pada total GMV.
Sementara itu, jumlah produk yang terjual sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal seperti:
Artinya, meskipun rumus GMV terlihat sederhana, faktor-faktor yang membentuk nilainya cukup kompleks. Oleh karena itu, GMV sebaiknya tidak dijadikan satu-satunya indikator untuk pengambilan keputusan bisnis.
Dalam laporan keuangan, GMV bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis: GMV Bruto dan GMV Neto.
Pertama, GMV Bruto, yaitu total nilai transaksi tanpa potongan apa pun. Nilai ini mencakup semua penjualan, termasuk yang dilakukan oleh pihak ketiga seperti reseller atau afiliator. GMV Bruto memberikan gambaran umum mengenai skala aktivitas penjualan di suatu platform.
Kedua, GMV Neto, yakni adalah nilai GMV yang telah dikurangi berbagai biaya seperti diskon, pengembalian barang, pengembalian dana, dan biaya pemasaran. Angka ini memberikan gambaran yang lebih realistis tentang kondisi keuangan bisnis, terutama dalam kanal e-commerce.
Keduanya memiliki peran penting dalam laporan keuangan. Namun, untuk analisis performa yang lebih akurat, bisnis sering kali menggunakan GMV Neto sebagai acuan utama dalam evaluasi strategi dan perencanaan ke depan.
Besaran GMV akan menunjukkan nilai transaksi yang dicatatkan oleh bisnis di sektor e-commerce pada satu periode waktu tertentu. Oleh karena itu, membandingkan GMV dari waktu ke waktu dapat memberikan gambaran pertumbuhan bisnis secara umum.
Semakin tinggi nilai GMV, maka semakin besar pula volume transaksi yang terjadi. Hal ini biasanya menandakan adanya peningkatan performa penjualan, keberhasilan kampanye pemasaran, atau ekspansi kanal distribusi yang efektif.
Namun, penting untuk dicatat bahwa GMV bukan indikator profitabilitas. Kenaikan GMV harus ditinjau lebih, misalnya dengan membandingkannya dengan biaya pemasaran, tingkat pengembalian barang, dan margin keuntungan. Tujuannya agar tidak menimbulkan asumsi keliru tentang kesehatan keuangan perusahaan.
Setelah memahami arti GMV, maka Anda juga perlu memahami apa manfaat dari metriks ini. Setidaknya terdapat 5 manfaat yang dapat diperoleh bisnis.
Ketika nilai GMV yang didapatkan terus meningkat, maka angka ini dapat menjadi penarik bagi investor. Secara sederhana, peningkatan secara terus menerus menunjukkan potensi perusahaan untuk berkembang di sektor tersebut, sehingga lebih mudah dalam menarik investor untuk memberikan tambahan modal pada bisnis.
Dalam analisis bisnis, nilai GMV saja tidak cukup. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih menyeluruh, perlu juga memperhatikan metrik lain seperti CLV (Customer Lifetime Value) dan AOV (Average Order Value).
CLV menunjukkan total nilai yang dihasilkan dari satu pelanggan selama siklus hidupnya sebagai konsumen. Metrik ini penting untuk memahami seberapa besar kontribusi pelanggan terhadap pendapatan jangka panjang.
Sementara itu, AOV mencerminkan nilai rata-rata dari setiap transaksi atau pembelian yang dilakukan pelanggan. AOV berguna untuk mengukur efektivitas strategi penjualan dan pricing.
Ketiga metrik ini saling melengkapi:
Idealnya, kenaikan pada GMV juga dibarengi dengan kenaikan AOV dan CLV. Jika hanya GMV yang naik tapi CLV stagnan atau AOV turun, berarti ada potensi masalah dalam loyalitas pelanggan atau strategi bundling produk.
Baca juga: Pentingnya Customer Lifetime Value, ini Poinnya!
Perhitungan GMV tidak dapat menjadi satu-satunya acuan yang digunakan perusahaan dalam memantau perkembangan bisnis dan kesehatan finansial. Hal ini karena perhitungan ini memiliki keterbatasan, selain tentu kelebihan yang ditawarkan.
Hal ini berarti GMV dapat menjadi salah satu metrik pendukung dalam perhitungan bisnis secara strategis dari sisi pertumbuhan dan potensi perkembangannya. Akan tetapi, GMV tidak boleh dijadikan satu-satunya alat pengukur untuk melihat poin tersebut, karena masih berupa data mentah yang perlu diolah dan diperhitungkan lebih rinci.
Dalam upaya untuk meningkatkan gross merchandise value atau GMV, terdapat 4 strategi yang dapat diterapkan. Masing-masing penjelasannya adalah sebagai berikut.
Cara ini dapat dilakukan dengan menarik lebih banyak pelanggan dengan strategi pemasaran digital yang tepat, serta memudahkan proses transaksi yang dilakukan oleh pelanggan. Dua cara ini akan menambah paparan yang dihasilkan, serta mengurangi risiko pelanggan membatalkan transaksi karena proses yang tidak efektif.
Untuk meningkatkan jumlah transaksi, Anda dapat menggunakan strategi optimasi harga dengan diskon, paket bundling, penawaran upsell atau cross-selling, dan berbagai metode lainnya. Pada dasarnya, setiap upaya untuk membuat pelanggan tertarik melakukan pembelian lebih banyak pada produk yang ditawarkan.
Upaya memperluas jangkauan pasar juga wajib dilakukan dengan mencoba kanal marketplace baru dan ekspansi ke pasar internasional. Dengan bantuan teknologi dan internet saat ini, produk yang Anda miliki dapat dengan mudah ditawarkan ke pasar yang lebih luas selama Anda telah melakukan riset pada cara terbaik melakukannya.
Dengan menggunakan program loyalitas, Anda dapat meningkatkan retensi pelanggan yang dimiliki. Secara garis besar, pemasukan akan datang dari pelanggan yang melakukan pembelian ulang. Maka, upaya untuk mempertahankan pelanggan lama dan menambah pelanggan baru memiliki relevansi yang sama, agar angka GMV dapat terus ditingkatkan.
Agar tidak salah tafsir, penting untuk memahami perbedaan GMV dengan metrik bisnis lainnya yang sering digunakan dalam analisis performa penjualan.
GMV mencerminkan total nilai penjualan kotor tanpa memperhitungkan diskon, retur, atau biaya lain. Sementara revenue atau pendapatan adalah nilai penjualan yang sudah dikurangi potongan harga, pengembalian barang, dan komisi pihak ketiga.
Artinya, revenue memberikan gambaran yang lebih realistis mengenai uang yang benar-benar masuk ke bisnis.
Profitabilitas adalah ukuran seberapa besar keuntungan bersih yang diperoleh setelah dikurangi semua biaya—seperti produksi, logistik, pemasaran, hingga operasional.
Meskipun GMV meningkat, tidak selalu berarti profitabilitas ikut naik. Bisa jadi, kenaikan GMV disertai dengan peningkatan biaya promosi atau pengeluaran lain yang justru menekan margin keuntungan.
Customer Acquisition Cost (CAC) mengukur berapa banyak biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh satu pelanggan baru. Conversion rate menunjukkan persentase pengunjung atau prospek yang akhirnya melakukan pembelian.
Meski GMV, CAC, dan conversion rate saling berkaitan, ketiganya mengukur aspek yang berbeda. GMV fokus pada nilai penjualan, CAC pada efisiensi pemasaran, dan conversion rate pada efektivitas kampanye atau strategi penjualan.
Baca juga: Efisiensi Manajemen Inventaris dengan Point-of-Sales
Setelah membahas secara menyeluruh tentang arti GMV dan bagaimana perannya dalam bisnis, kita dapat menyimpulkan bahwa GMV adalah metrik yang penting. Namun, tidak cukup untuk menggambarkan seluruh kesehatan bisnis Anda.
Untuk itu, analisis lebih dalam diperlukan agar Anda dapat membuat keputusan yang lebih cerdas—baik untuk strategi pemasaran, produksi, maupun menarik investor.
Jika Anda seorang business owner di sektor F&B atau retail, Borong Market dapat membantu memaksimalkan GMV bisnis Anda. Dengan platform B2B kami, Anda bisa mengelola kebutuhan bahan baku dan produk dengan lebih efisien, sambil memantau data penjualan secara real-time.Tidak hanya GMV yang tinggi, tapi juga profitabilitas yang berkelanjutan. Bergabunglah dengan Borong Market, dan bawa bisnis Anda ke level berikutnya!
Di tengah persaingan bisnis yang semakin dinamis, memahami arti procurement adalah langkah wajib untuk menjaga…
Di era digital saat ini, e-commerce telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Aktivitas belanja…
Salah satu cara terbaik untuk memulai bisnis online adalah dengan menjual produk yang memiliki permintaan…
Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, efisiensi operasional menjadi kunci utama untuk meraih kesuksesan jangka…
Sedang membangun atau mengelola bisnis di Malaysia? Anda pasti mengetahui betapa pentingnya arus kas yang…
Pernahkah Anda berpikir, bagaimana sebuah produk bisa bertahan lama di pasaran, atau justru cepat sekali…